Geologi : Kristalografi
Mempelajari mineral adalah hal
yang penting karena semua batuan tersusun dari mineral, baik yang merupakan
unsur maupun merupakan senyawa kimia. Mineral sendiri adalah hasil bentukan
alam yang bersifat padat, umumnya berbentuk kristal, homogen, mempunyai sifat
fisik dan sifat kimia dalam batas-batas tertentu. Semua jenis mineral memiliki
bentuk kristal. Asal mula terbentuknya
kristal dan mineral adalah akibat dari proses pembekuan magma yang disebut juga
proses kristalisasi. Magma membeku ketika semakin keluar ke permukaan karena
adanya penurunan suhu. Kristal memiliki berbagai ukuran akibat lamanya proses
penurunan suhunya. Bila magma membeku lambat maka akan dihasilkan kristal yang
ukurannya besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang, disebut kristal
sulung. Bila magma membeku relatif lambat, akan membentuk ukurannya relatif
kecil, disebut kristal massa dasar. Bila magma mengkristal sangat cepat akan
terbentuk kristal ukuran sangat halus, dikenal dengan istilah amorf.
Kristalografi adalah ilmu
yang mempelajari tentang kristal dari suatu mineral. Kristal merupakan zat
padat yang mempunyai susunan atom atau molekul dalam keadaan teratur. Keteraturan
susunan tersebut dapat kita lihat pada permukaannya yang terdiri dari
bidang-bidang datar. Kedudukan bidang-bidang datar tersebut pada umumnya
mengikuti pola/hukum tertentu. Bidang-bidang datar yang tampak di permukaan
kristal disebut sebagai bidang muka kristal. Bentuk bidang muka kristal dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu kristal-kristal yang mempunyai
muka kristal sama (sederhana) bentuknya dan yang tak sama bentuknya
(kombinasi). Selain itu, terdapat pula bentuk gabungan yaitu kristal kembar
sederhana dan kombinasi serta bentuk terbuka dan tertutup. Kristal memiliki sifat
yaitu mengikuti hukum-hukum ilmu pasti yaitu :
1. Jumlah bidang kristal selalu sama.
2. Sudut antardua bidang kristal tertentu dari suatu kristal selalu tetap
besarnya.
3. Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap.
4. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila tidak memenuhi hukum-hukum diatas atau tidak terbentuk di alam, maka
zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
Untuk dapat mengklasifikasikan
mineral kita perlu melihat berbagai unsur simetrinya. Ada tiga macam unsur
simetri yaitu: pusat simetri (Center/C), sumbu simetri (Axis/A), bidang simetri
(Mirror/P).
Pusat simetri adalah titik di
pusat suatu kristal. Persyaratan untuk menjadi titik pusat simetri adalah
bilamana pada suatu kristal terdapat dua buiah bidang kristal/bidang muka yang
sama dan sejajar, sama jaraknya dari pusat kristal dan bidang muka kristal yang
satu merupakan ulangan bidang muka kristal yang lain yang didapat dengan cara inversi
melalui pusat kristal.
Sumbu simetri adalah garis
bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan
poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire,
giroide, dan sumbu inversi putar.
Bidang simetri adalah bidang
bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana
bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya.
Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi
kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).
Dalam
mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokan yang sistematis. Hessel (1830) telah meramalkan bahwa dunia
kristal dapat digolongkan menjadi 32 kelas yang masing-masing dicirikan oleh
kombinasi khas dari unsur-unsur simetri yang dikandungnya. Dari kelas-kelas
yang ada, dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok besar yang dikenal dengan
istilah sistem kristal. Dasar
penggolongan sistem-sistem tersebut adalah:
1. Jumlah sumbu kristal.
2. Letak sumbu kristal yang satu
dengan yang lain.
Adapun
ketujuh sistem tersebut yaitu sistem isometrik, tetragonal, heksagonal,
trigonal, rombik/orthorombik, monoklin, dan triklin.
Pustaka
- Sukandarrumidi, dkk. 2015. Mengenal mineral secara megaskopis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Comments
Post a Comment